#CelotehanBabab : Menuju Era Public Relations 2.0 (PR 2.0)

Salam Babab,

Sebenarnya agak sedikit
terlambat kalo gua baru ngomongin yang namanya PR 2.0 tapi seperti
kata pepatah yang sering gua denger “tidak ada kata terlambat dalam
belajar” πŸ™‚ so ijinkan gua merangkum beberapa ilmu tentang PR 2.0
hasil gua baca di beberapa blog dan web di dunia maya.

Arti PR 2.0

Apa sih sebenarnya arti dari PR 2.0 itu sendiri?

Sebelum menjawab pertanyaan diatas, pasti akan
bertanya dulu kok udah 2.0 aja? Emang ada seri 1.0 nya?

Sebelum berkembangnya media online seperti sekarang ini
yang membuat semua orang dapat mengemukakan pendapatnya, seorang
praktisi PR punya tugas membangun media relation yang sangat baik
agar pesan yang ingin disampaikan oleh perusahaan kepada masyarakat
dapat tersampaikan dengan baik melalui medianya. Inilah yang
disebut PR 1.0 dimana menempatkan middle man
yang dalam hal ini para jurnalis sebagai seorang teman
bahkan sahabat yang dapat membantu penyampaian pesan kepada publik
melalui media nya.

Ivy Lee salah seorang pakar
PR di era awal 1900-an mendefinisikan fungsi PR sebagai jalan dua
arah dimana profesional komunikasi bertanggungjawab untuk membantu
perusahaan-perusahaan mendengarkan serta mengkomunikasikan pesan
perusahaan kepada orang-orang yang penting bagi mereka.

Sedangkan Edward Bernays yang dikenal sebagai Bapak PR
mendefinisikan PR sebagai ilmu sosial terapan yang dipengaruhi oleh
psikologi, sosiologi, dan disiplin ilmu lainnya untuk secara ilmiah
mengelola pikiran dan perilaku masyarakat yang irasional.

Kurang lebih inilah definisi PR 1.0 yang
sayangnya masih banyak diterapkan oleh para praktisi PR saat ini
karena faktor perusahaan itu sendiri yang masih belum menempatkan
PR sebagai bagian penting dalam hal pencapaian tujuan
perusahaan.

Nah di era maraknya jejaring sosial
atau sosial media yang berbasis web 2.0, masyarakat sebagai
konsumen yang biasanya hanya menonton tv, membaca koran,
mendengarkan radio dll untuk mendapatkan informasi, kini mereka
dapat membuat blog sendiri, membuat akun facebook atau twitter
untuk mendapatkan informasi bahkan dapat juga menuliskan pesan apa
saja yang mereka sukai yang ada dalam benak mereka dan mengirimkan
link pesan mereka kepada beberapa rekannya melalui milist, atau
yang lainnya seperti hal nya gua yang senang menulis apa yang ingin
gua tulis di blog dan sharing kepada
teman-teman gua melalui media jejaring sosial seperti facebook dan
twitter.

Dengan adanya fenomena seperti ini
semakin banyak bermunculan publisher-publisher
baru yang akhirnya menjadi influencer
bagi publik yang menyukainya dimana para
publisher baru ini bisa mempengaruhi publik
(konsumen) dalam memutuskan sesuatu.

Cepatnya
perkembangan teknologi ini yang akhirnya memunculkan gagasan baru
tentang PR 2.0. Brian Solis salah seorang pakar PR saat ini
mendefinisikan PR 2.0 sebagai suatu sistem baru bagaimana
perusahaan berkomunikasi dengan influencer dan
orang-orang secara langsung melalui media web dan multimedia.

Gua sendiri beranggapan bahwa PR 2.0 itu untuk
dapat berinteraksi/komunikasi secara langsung dengan masyarakat
(konsumen) agar terbentuk bonding yang kuat
dengan mereka dan akhirnya melibatkan mereka dalam penyebaran
informasi yang kita inginkan baik itu informasi produk maupun
informasi dalam rangka membangun pencitraan perusahaan di
masyarakat.

Kini adalah saatnya seorang PR
tidak hanya bertugas dalam hal media relationship saja tapi juga
berusaha membangun hubungan dengan para
influencer/publisher baru dan memiliki
kemampuan untuk berbicara dengan publik/konsumen secara langsung
baik melalui media forum online, komunitas, jejaring sosial, dan
lainnya.

Jadi PR 2.0 atau dikenal juga dengan
sebutan cyber PR adalah tentang bagaimana
mangajak masyarakat/konsumen untuk terlibat langsung kedalam dunia
PR. Melalui PR 2.0 ini kita akan belajar metode komunikasi baru
yang akan membantu kita terlibat dalam percakapan yang penuh arti
dan membangun kepercayaan yang lebih kuat baik secara personal
maupun profesional dengan masyarakat/konsumen,
influencer/publisher, pakar dan pers media
secara sama.

Yang perlu diingat juga adalah
kita tetap harus membina hubungan yang baik dengan mitra pers
(media relationship) sebagai tugas utama dan
menambahkan porsi membangun hubungan yang baik dengan
masyarakat/konsumen sebagai influencer/publisher
baru.

Perangkat PR 2.0

Dalam menjalankan suatu
program/sistem kita tentunya perlu perangkat pendukung agar
progra/sistem tersebut dapat berjalan sesuai dengan harapan, untuk
itu kita perlu tahu perangkat apa saja yang diperlukan agar program
PR 2.0 ini dapat berjalan sebagaimana mestinya.

1. Paktisi PR

Seorang praktisi PR saat ini tentu harus bisa beradaptasi
dengan kondisi semakin maraknya influencer/piblisher
baru yang memanfaatkan sosial media dalam menyampaikan
pendapatnya, untuk itu setidaknya seorang praktisi PR saat ini
harus mempunyai 3 kompetensi dibidang :
a. Komunikasi
: ini tentunya sebagai kompetensi dasar/wajib seorang praktisi PR,
tapi kompetensi komunikasi saat ini bukan hanya sekedar kemampuan
membuat siaran pers yang baik dan berhubungan dengan media saja
tapi komunikasi disini adalah kemampuan menggunakan bahasa yang
kasual tidak hanya dalam tulisan tapi juga saat berinteraksi dengan
masyarakat/konsumen.

b. Pemasaran : seorang
praktisi PR sekarang ini tentunya perlu juga mengerti konsep-konsep
lainnya saat harus berhubungan langsung dengan masyarakat/konsumen.
Salah satunya adalah konsep pemasaran dimana setidaknya konsep 4P
(product,price,place,promotion) sudah mulai
dipahami sehingga akan lebih mudah saat berinteraksi dengan
masyarakat/konsumen, bila perlu hingga 7P (product,
price, place, promotion, people, process, physical
).

Sudah saatnya sekarang ini, seorang praktisi PR
melakukan sinergi dengan praktisi marketing dimana seorang praktisi
PR juga sudah mampu menganalisa medium/place
mana di dunia maya yang harus disasar dan juga belajar
perilaku konsumen di dunia maya serta bagaimana proses
pendekatannya.

c. Teknologi : karena media yang
digunakan para influencer baru ini adalah sosial media (internet),
maka seorang praktisi PR harus update tentang teknologi sosial
media di dunia maya seperti facebook, twitter, blogger, dan lainnya
bahkan mereka seharusnya juga memiliki akun sosial media tersebut
yang bisa mendukung pekerjaannya.

Dengan
kemampuan peka teknologi ini diharapkan mampu memahami implikasi
adanya aplikasi baru di dunia maya yang bisa diterapkan terhadap
kebutuhan perusahaannya.

Seorang praktisi PR
sebenarnya tidak harus orang yang lulusan ilmu komunikasi saja,
saat ini semua bisa bahkan harus mampu menjadi seorang PR bagi
perusahaanya tempat dia bekerja asal memiliki 3 hal kemampuan yang
telah disebutkan diatas.

2. Para Influencer/Publisher

Seperti yang sudah disampaikan sebelumnya bahwa saat ini
semakin pesatnya pertumbuhan influencer/publisher
baru, maka mereka juga dianggap sebagai perangkat dapat
berjalannya sistem PR 2.0 ini.

Influencer yang dibicarakan disini
tentunya adalah influencer yang mampu
mengumpulkan pengikut yang banyak dan tulisannya atau pendapatnya
akan dijadikan referensi bagi pengikutnya dalam memutuskan suatu
produk, dia juga mampu mengkomunikasikan sesuai harapan yang kita
inginkan kepada pengikutnya.

Influencer ini tentunya berbeda
dengan para jurnalis yang memiliki kaidah penulisan yang baik
(5W1H), memiliki deadline. Mereka tidak
terbatas dengan deadline, mereka akan menulis
sesuai dengan waktu luang nya mereka karena rata-rata para
influencer ini adalah orang yang memiliki
pekerjaan lain jadi menulis adalah hanya sebagai hobi bagi mereka,
tentunya tidak semuanya juga seperti itu.

Influencer tidak hanya dari orang
luar saja, bahkan influencer ini bisa saja
seorang karyawan perusahaan kita bekerja yang memang mereka
sebenarnya aktif juga di komunitas atau sosial media dan mungkin
kita tidak pernah menyangka sebelumnya.

3. Sosial Media

Karena kita bicara PR 2.0 yang sebenarnya banyak
berhubungan dengan sosial media di dunia maya, maka pastinya sosial
media ini menjadi salah satu perangkat yang digunakan untuk bisa
berjalannya sistem PR 2.0.

Sosial media yang
gua maksud disini adalah jejaring sosial berbasis internet seperti
facebook, twitter, blogger, wordpress dan mungkin masih banyak lagi
jejaring sosial yang bisa dimanfaatkan sebagai media untuk
berinteraksi dengan konsumen.

Itulah kenapa
diatas disebutkan bahwa praktisi PR saat ini perlu juga memahami
teknologi di dunia maya, karena melalui sosial media seperti ini
akhirnya kita bisa menemukan komunitas yang sesuai dengan yang kita
inginkan, bahkan akhirnya kita mungkin bisa membuat komunitas baru.

Apa yang gua tulis diatas hanya
resume dari beberapa pengertian mengenai PR 2.0 yang gua baca,
mungkin masih banyak lagi pengertian yang lainnya tergantung dari
sumber yang dibacanya.

Gua cuma seorang
praktisi PR yang masih pengen belajar dan mengikuti perkembangan PR
saat ini dan berbaginya bagi yang belum mengetahui πŸ™‚ jadi marilah
kita menuju era PR 2.0. Bagi yang belum terbiasa pasti awalnya akan
susah, tapi lama-lama pasti akan bisa menjalaninya asalkan kita mau
meluangkan sedikit waktu untuk belajar hal yang baru πŸ™‚

Kayanya segitu dulu aja ah tulisan tentang PR 2.0,
selanjutnya gua coba bahas apa sih sosial media dan bagaimana
langkah-langkahnya untuk memanfaatkan sosial media ini secara
efektif dan tentunya juga mengarah ke efisiensi πŸ™‚

Sumber :
http://virtual.co.id/blog/cyberpr/public-relations-20/

http://virtual.co.id/blog/cyberpr/kebenaran-kebenaran-tentang-blogger-apa-yang-harus-diketahui-dan-yang-bisa-diharapkan-oleh-orang-pr/

http://virtual.co.id/blog/cyberpr/apa-yang-dibutuhkan-public-relations-di-era-social-media/

http://afrilwibisono.wordpress.com/category/pr-20/

http://rinisd.posterous.com/pr-20-menempatkan-publik-kembali-pada-pr

Salam Babab,

~dikirim pake GTab melalui jaringan
TELKOMSEL~

3 thoughts on “#CelotehanBabab : Menuju Era Public Relations 2.0 (PR 2.0)

Leave a reply to bababdito Cancel reply